Mendikbud Dorong Siswa SMK Jadi Wirausaha di Era Industri 4.0

Mendikbud Dorong Siswa SMK Jadi Wirausaha di Era Industri 4.0

Mendikbud Dorong Siswa SMK Jadi Wirausaha di Era Industri 4.0

 oleh Apriliyadi  137

Jakarta, Kemendikbud–Pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kompetensi siswa di era industri 4.0 menjadi salah satu fokus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengembangan minat kewirausahaan pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dipandang strategis untuk menyiapkan generasi mendatang yang produktif dan berkarakter. Selain bekerja di industri atau melanjutkan studi di jenjang pendidikan tinggi, lulusan SMK juga didorong menjadi wirausaha kreatif.

“Salah satu alternatif yang bagus ya mendorong anak-anak untuk menjadi wirausaha. Terutama anak-anak yang memiliki imajinasi yang kuat, punya mimpi besar, sebaiknya disiapkan untuk menjadi wirausaha,” disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam sambutannya pada seminar SMK Menyongsong Revolusi Industri 4.0 di Grha Utama kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Mendikbud mendorong para Kepala Sekolah berlomba-lomba dalam memajukan sekolahnya melalui inovasi pembelajaran. “Wirausaha itu modalnya berani ambil risiko. Kalau diberi amanah harus berani ambil risiko. Dilakukan sebaik-baiknya,” katanya.

Ia mendorong agar sekolah segera membentuk teaching factory. Untuk kemudian bilamana telah berproduksi dengan standar industri, dapat segera membentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) agar lebih mudah melakukan pengembangan sekolah sekaligus menciptakan suasana pembelajaran bernuansa kewirausahaan.

“Saya minta untuk SMK-SMK yang sudah menghasilkan, sudah bagus, sudah percaya diri, segera menjadi BLUD. Sehingga pendapatannya tidak perlu dilaporkan lagi sebagai pendapatan negara bukan pajak atau PNBP, tetapi cukup diputar, re-invest menjadi modal SMK itu. Syukur-syukur segera menghimpun dana abadi, menghimpun para alumni. Kemudian adik-adiknya yang memiliki bakat wirausaha dapat diberi modal yang cukup untuk membesarkan usahanya sekaligus membuka lapangan pekerjaan untuk juniornya,” tutur Mendikbud.

Sumber: Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen), Hamid Muhammad melaporkan bahwa selain seminar, Direktorat Pembinaan SMK juga menggelar pameran unjuk karya siswa dalam menyongsong Industri 4.0. Pameran diikuti oleh 87 SMK dengan 9 program di antaranya Augmented Reality/Virtual Reality (AR/VR), 3D Printing, Tourism Promotion, Game Development, Smart School, Internet of Things, E-Commerce, dan Kewirausahaan.

Kegiatan seminar dan pameran unjuk karya siswa SMK ini bertujuan mendorong dan menginspirasi SMK agar mampu menyiapkan lulusan yang siap menghadapi tantangan di dunia kerja, khususnya menyongsong era industri 4.0. “Materi Pengembangan muatan Revolusi Industri 4.0 menjadi muatan wajib bagi SMK-SMK penerima bantuan,” kata Dirjen Hamid.

SMK Pencetak Wirausaha 

Sebagai upaya menyiapkan lulusan SMK menjadi sosok mandiri yang mampu menghadirkan lapangan pekerjaan, Direktorat Pembinaan SMK dan The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Secretariat sudah menghasilkan 3.132 siswa wirausaha melalui program Sekolah Pencetak Wirausaha Batch 1 sampai dengan Batch III. Program ini telah diikuti 175 SMK di 34 Provinsi. Sebanyak 206 sertifikat telah dibagikan kepada para siswa yang mampu menghasilkan omzet Rp5 juta sampai dengan >Rp25 juta dalam 3 bulan.

“Tahun 2019 telah diadakan sosialisasi program Sekolah Pencetak Wirausaha melalui video conference. Dan antusiasme cukup tinggi, saat ini tercatat 710 SMK dari 34 provinsi telah mendaftar dalam program ini,” ujar Dirjen Dikdasmen.

Mendikbud menyaksikan penyerahan sertifikat program Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW) dari Direktur Pembinaan SMK kepada sembilan siswa wirausaha yang berhasil meraih omzet Rp5.000.000 sampai dengan >Rp25.000.000 dalam 3 bulan. “Kepada anak-anakku yang belajar wirausaha, jangan takut untuk mengambil risiko, jangan takut melangkah. Saya percaya Anda akan menjadi pengusaha yang besar,” pesan Mendikbud kepada para wirausaha muda SMK.

Pada kesempatan yang sama, Mendikbud juga meyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama pemberian bantuan Pemerintah dari Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) untuk SMK yang diberi pembinaan dan ditingkatkan pembelajarannya, SMK yang melaksanakan pembelajaran teaching factory, dan SMK pengembang produk kreatif dan kewirausahaan.

“Saya akan dorong Pak Dirjen untuk mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk (program) ini agar bisa lebih (berdampak),” kata Muhadjir.

Penumbuhan Jiwa Kewirausahaan Bagi Siswa SMK 

Muhadjir pun bercerita pengalaman masa kecilnya yang diwarnai kegiatan berwirausaha untuk membantu orang tuanya ataupun mendapatkan uang jajan tambahan dengan berjualan telur dan es lilin. Baginya, pengalaman masa kecil itulah yang membentuk karakternya hingga dewasa. Dan di saat mendapatkan kepercayaan memimpin perguruan tinggi, semangat kewirausahaan yang dituangkannya dalam strategi pembangunan institusi membawa Universitas Muhammadiyah Malang lebih maju dan berkembang.

Sumber: Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

“Yang paling berhasil mendidik seseorang menjadi wirausaha itu bukan sekolah, tetapi keluarga. Keluarga itu punya tradisi, dan itu membentuk mental karakter anak,” tutur Mendikbud Muhadjir Effendy.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini berpesan kepada para kepala sekolah agar lebih jeli melihat potensi siswa. Serta lebih intensif menumbuhkan minat kewirausahaan melalui berbagai terobosan pembelajaran. “Makanya, SMK itu cari anak-anak yang berasal dari keluarga yang punya tradisi wirausaha,” katanya.

“Sekolah SMK itu harus membangun suasana atau tradisi wirausaha untuk anak-anak,” tambah Mendikbud.

Menurut Mendikbud, siswa SMK yang berwirausaha juga harus dididik untuk berani mengambil risiko, seperti memanfaatkan layanan dari beragam lembaga pembiayaan yang tersedia untuk pengembangan bisnisnya. Dengan catatan, hutang boleh dilakukan setelah melalui analisis dan perencanaan bisnis yang matang. “SMK wajib lho memberikan pemahaman literasi finansial ke anak-anak kita,” pesannya.

Praktik Baik Pembelajaran Kewirausahaan di SMK 

Fitry Anita Rahman, siswi SMK Negeri 1 Cikalongkulon Cianjur, menjadi salah satu penerima sertifikat SPW dengan omzet Rp23 juta dalam 3 bulan. Ia mengungkapkan serunya berwirausaha. “Mama sama papa aku ‘kan pebisnis. Jadi aku pengen ngerasain apa yang mereka rasakan. Coba-coba, ternyata bisa berkembang, ya dilanjutin,” katanya.

Sumber: Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Siswi program Agribisnis Ternak Unggas ini awalnya meminjam modal sebesar Rp10 juta kepada orangtuanya. Kemudian dia mengawali bisnisnya dengan berjualan kosmetik, baju, dan produk bantal karpet yang berkolaborasi dengan pamannya. “Kemarin untungnya hampir 17 juta. Udah bersih. Uangnya ditabung. Nanti kalo stok barang udah habis ya diputer lagi,” katanya.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku beruntung dibesarkan oleh orangtua yang juga memiliki jiwa wirausaha. “Keluarga aku memang ngajarin aku untuk bisnis. Jadi aku juga ingin bisnis. Mama aku mendukung, sekolah mendukung, jadi aku semakin greget aja gitu,” ungkapnya.

Fitry mengaku tidak kesulitan membagi waktu antara berwirausaha dengan belajar. Sekolah memberikannya keleluasaan untuk bereksperimen melalui kelas khusus wirausaha. “Di sekolah aku, khusus sekolah pencetak wirausaha itu dikasih waktu bebas dua puluh jam dalam seminggu. Kita bebas pakai untuk kegiatan wirausaha. Jadi gak kesulitan (membagi waktu),” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Cikalongkulon Cianjur, Sumariyah, mengungkapkan bahwa sekolah berkomitmen mendorong minat dan bakat siswa dalam berwirausaha. Baginya, pembelajaran kewirausahaan siswa SMK sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, serta menumbuhkan karakter positif siswa seperti kreativitas, kemandirian, dan bekerja keras.

“Untuk SPW sudah berjalan. Kami support secara khusus. Dan kami datangkan narasumber dari luar secara khusus. Jadi tidak hanya mengandalkan dari guru-guru karena mungkin belum sampai tingkatan keahliannya,” kata Kepsek Sumariyah.

“Tidak hanya di ekstrakurikuler. Seandainya itu memang sangat dibutuhkan karena bakat anak sangat tajam, kami masukkan dalam intrakurikuler, mengambil jam tertentu yang ada kaitannya,” tambahnya.

Sumariyah mendorong siswa yang belajar wirausaha dapat mengelola usahanya secara profesional. “Kalau mau usaha sukses jangan pakai manajemen warung. Dan saya bilang ke anak-anak dan guru-guru PKK (pengembang produk kreatif dan kewirausahaan), “Jangan takut rugi. Ini praktik, ini pembelajaran. Yang penting itu Anda tahu kenapa kok rugi’,” tutur Sumariyah.

Dalam rangka menciptakan suasana yang mendukung penumbuhan kewirausahaan siswa, Sumariyah menjelaskan beberapa pendekatan kepada siswa. “Kami di sekolah mendirikan bank mini untuk memfasilitasi siswa yang berwirausaha. Disamping itu, saya juga tekankan, buat OSIS, harus juga memiliki usaha. Anak-anak mengelola sendiri, ambil tanggung jawab. Guru hanya mengarahkan,” kata Sumariyah.

“Kami sangat menunggu payung hukum BLUD dari pemerintah daerah,” lanjut Sumariyah saat menjelaskan pengembangan organisasi yang baru setahun terakhir dipimpinnya. (*)

 

SIARAN PERS
Nomor: 098/Sipres/A5.3/HM/III/2019

Jakarta, 21 Maret 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: fb.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI

#ProgramKerja
#KerjaBerdampak
#RevitalisasiSMK

0 Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *